UNSUR-UNSUR INTRINSIK
PROSA
CERITA
Yang dimaksud
unsur-unsur intrinsik adalah unsur-unsur pembangun karya sastra yang dapat
ditemukan di dalam teks karya sastra itu sendiri. Sedangkan yang dimaksud
analisis intrinsik adalah mencoba memahami suatu karya sastra berdasarkan
informasi-informasi yang dapat ditemukan di dalam karya sastra aitu atau secara
eksplisit terdapat dalam karya sastra. Hal ini didasarkan pada pandangan bahwa
suatu karya sastra menciptakan duianya sendiri yang berberda dari dunia nyata.
Segala sesuatu yang terdapat dalam dunia karya sastra merupakan fiksi yang
tidak berhubungan dengan dunia nyata. Karena menciptakan dunianya sendiri,
karya sastra tentu dapat dipahami berdasarkan apa yang ada atau secara
eksplisit tertulis dalam teks tersebut.
Pada umumnya para
ahli sepakat bahwa unsur intrinsik terdiri dari
a. Tokoh dan penokohan /
perwatakan tokoh
b. Tema
c.
Amanat
d. Latar
e. Alur
f.
Sudut
pandang / gaya
penceritaaan
g. Gaya bahasa / majas
Berikut ini akan dijelaskan secara ringkas
unsur-unsur tersebut.
I. TOKOH
Yang dimaksud dengan tokoh adalah
individu ciptaan/rekaan pengarang yang mengalami peristiwa-peristiwa atau
lakukan dalam berbagai peristiwa cerita. Pada umumnya tokoh berwujud manusia,
dapat pula berwujud binatang atau benda yang diinsankan.
Berdasarkan fungsi
tokoh dalam cerita, tokoh dapat dibedakan menjadi dua yaitu tokoh sentral dan
tokoh bawahan. Tokoh sentral adalah tokoh yang banyak mengalami peristiwa dalam
cerita. Tokoh sentral dibedakan menjadi tiga, yaitu
a. Tokoh sentral
protagonis à tokoh yang
membawakan perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai pisitif.
b. Tokoh sentral
antagonis à tokoh yang
membawakan perwatakan yang bertentangan dengan protagonis atau menyampaikan
nilai-nilai negatif.
c.
Tokoh
tritagonis à tokoh yang berperan
untuk menengahi peran protagonis dan antagonis.
sedangkan tokoh bawahan adalah tokoh-tokoh
yang mendukung atau membantu tokoh sentral. Tokoh bawahan dibedakan menjadi
tiga, yaitu
a. Tokoh andalan à
tokoh bawahan yang menjadi kepercayaan tokoh sentral (protagonis atau antagonis).
b. Tokoh tambahan à
tokoh yang sedikit sekali memegang peran dalam peristiwa cerita.
c.
Tokoh
lataran à tokoh yang menjadi bagian atau berfungsi
sebagai latar cerita saja.
Berdasarkan cara
menampikan perwatakannya, tokoh dalam cerita dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
a. Tokoh
datar/sederhana/pipih, yaitu tokoh yang diungkapkan atau disoroti dari satu
segi watak saja. Tokoh ini bersifat statis, wataknya sedikit sekali berubah,
atau bahkan tidak berubah sama sekali (misalnya tokoh kartun, kancil, film animasi).
b. Tokoh
bulat/komplek/bundar, yaitu tokoh yang seluruh segi wataknya diungkapkan. Tokoh
ini sangat dinamis, banyak mengalami perubahan watak.
II. PENOKOHAN
Yang dimaksud
penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh. Ada beberapa metode
penyajian watak tokoh, yaitu
a. Metode
analitis/langsung/diskursif, yaitu penyajian watak tokoh dengan cara memaparkan
watak tokoh secara langsung.
b. Metode dramatik / tak
langsung / ragaan, yaitu penyajian watak tokoh melalui pemikiran, percakapan,
dan lakuan tokoh yang disajikan pengarang. Bahkan dapat pula dari penampilan
fisiknya serta dari gambaran lingkungan atau tempat tokoh.
c.
Metode
kontekstual, yaitu penyajian watak tokoh melalui gaya bahasa yang dipakai pengarang.
Menurut
Jakob Sumardjo dan Saini K.M., ada lima
cara menyajikan watak tokoh, yaitu
a. melalui apa yang
dibuatnya, tindakan-tindakannya, terutama abagaimana ia bersikap dalam situasi
kritis.
b. melalui
ucapana-ucapannya. Dari ucapan kita dapat mengetahui apakah tokoh tersebut
orang tua, orang berpendidikan, wanita atau pria, kasar atau halus.
c.
melalui
penggambaran fisik tokoh.
d. melalui
pikiran-pikirannya
e. melalui penerangan
langsung.
Tokoh dan latar
memang merupakan dua unsur cerita rekaan yang erat berhubungan dan saling
mendukung.
III. ALUR
Alur adalah urutaan
atau rangkaian peristiwa dalam cerita rekaan. Urutan peristiwa dapat tersusun
berdasarkan tiga hal, yaitu
a. Berdasarkan urutan
waktu terjadinya. Alur dengan susunan peristiwa berdasarkan kronologis kejadian
disebut alur linear
b. Berdasarkan hubungan
kausalnya/sebab akibat. Alur berdasarkan hubungan sebab-akibat disebut alur
kausal.
c.
Berdasarkan
tema cerita. Alur berdasarkan tema cerita disebut alur tematik.
Struktur Alur
Setiap karya sastra
tentu saja mempunyai kekhususan rangkaian ceritanya. Namun demikian, ada
beberapa unsur yang ditemukan pada hampir semua cerita. Unsur-unsur tersebut
merupakan pola umum alur cerita. Pola umum alur cerita adalah
a. Bagian awal
1. paparan (exposition)
2. rangkasangan
(inciting moment)
3. gawatan (rising
action)
b. Bagian tengah
4. tikaian (conflict)
5. rumitan
(complication)
6. klimaks
c. Bagian akhir
7. leraian (falling
action)
8. selesaian
(denouement)
Bagian Awal Alur
Jika cerita diawali
dengan peristiwa pertama dalam urutan waktu terjadinya, dikatakan bahwa cerita
itu disusun ab ovo. Sedangkan jika
yang mengawali cerita bukan peristiwa pertama dalam urutan waktu kejadian
dikatakan bahwa cerita itu dudun in
medias res.
Penyampaian informasi
pada pembaca disebut paparan atau eksposisi.
Jika urutan konologis kejadian yang disajikan dalam karya sastra disela
dengan peristiwa yang terjadi sebelumnya, maka dalam cerita tersebut terdapat
alih balik/sorot balik/flash back.
Sorot balik biasanya
digunakan untuk menambah tegangan/gawatan, yaitu ketidakpastian yang
berkepanjangan dan menjadi-jadi. Dalam membuat tegangan, penulis sering
menciptakan regangan, yaitu proses menambah ketegangan emosional, sering pula
menciptakan susutan, yaitu proses pengurangan ketegangan. Sarana lain yang
dapat digunakan untuk menciptakan tegangan adalah padahan (foreshadowing),
yaitu penggambaran peristiwa yang akan terjadi.
Bagian Tengah Alur
Tikaian adalah
perselisihan yang timbul sebagai akibat adanya dua kekuatan yang bertentangan.
Perkembangan dari gejala mula tikaian menuju ke klimaks cerita disebut rumitan.
Rumitan mempersiapkan pembaca untuk menerima seluruh dampak dari klimaks.
Klimaks adalah puncak konflik antartokoh cerita.
Bagian Akhir Alur
Bagian sesudah
klimaks adalah leraian, yaitu peristiwa yang menunjukkan perkembangan peristiwa
ke arah selesaian. Selesaian adalah bagian akhir atau penutup cerita.
Dalam membangun
peristiwa-peristiwa cerita, ada beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan
agar alur menjadi dinamis. Faktor-faktor penting tersebut adalah
a.
faktor
kebolehjadian (pausibility), yaitu peristiwa-peristiwa cerita sebaiknya
meyakinkan, tidak selalu realistik tetapi masuk akal. Penyelesaian masalah pada
akhir cerita sesungguhnya sudah terkandung atau terbayang di dalam awal cerita
dan terbayang pada saat titik klimaks.
b.
Faktor
kejutan, yaitu peristiwa-peristiwa sebaiknya tidak dapat secara langsung
ditebak/dikenali oleh pembaca.
c.
Faktor
kebetulan, yaitu peristiwa-peristiwa tidak diduga terjadi, secara kebetulan
terjadi.
Kombinasi atau
variasi ketiga faktor tersebutlah yang menyebabkan peristiwa-peristiwa cerita
menjadi dinamis.
Selain itu ada hal
yang harus dihindari dalam alur, yaitu lanturan atau digresi. Lanturan atau
digresi adalah peristiwa atau episode yang tidak berhubungan dengan inti cerita
atau menyimpang dari pokok persoalan yang sedang dihadapi dalam cerita.
Macam Alur
Pada umumnya orang
membedakan alur menjadi dua, yaitu alur maju dan alur mundur. Yang dimaksud
alur maju adalah rangkaian peristiwa yang urutannya sesuai dengan urutan waktu
kejadian. Sedangkan yang dimaksud alur mundur adalah rangkaian peristiwa yang
susunannya tidak sesuai dengan urutan waktu kejadian.
Pembagian seperti itu
sebenarnya hanyalah salah satu pembagian jenis alur yaitu pembagian alur
berdasarkan urutan waktu. Secara lebih lengkap dapat dikatakan bahwa ada tiga
macam alur, yaitu
a.
alur
berdasarkan urutan waktu
b.
alur
berdasarkan urutan sebab-akibat
c.
alur
berdasarkan tema. Dalam cerita yang beralur tema setiap peristiwa seolah-olah
berdiri sendiri. Kalau salah satu episode dihilangkan cerita tersebut masih
dapat dipahami.
Dalam hubungannya dengan alur, ada
beberapa istilah lain yang perlu dipahami. Pertama, alur bawahan. Alur bawahan
adalah alur cerita yang ada di samping alur cerita utama. Kedua, alur linear.
Alur linear adalah rangkaian peristiwa dalam cerita yang susul-menyusul secara
temporal. Ketiga, alur balik. Alur balik sama dengan sorot balik atau flash
back. Keempat, alur datar. Alur datar adalah alur yang tidak dapat dirasakan
adanya perkembangan cerita dari gawatan, klimaks sampai selesaian. Kelima, alur
menanjak. Alur menanjak adalah alur yang jalinan peristiwanya semakin lama
semakin menanjak atau rumit.
IV. LATAR
Latar adalah segala
keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana
terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar meliputi penggambaran letak geografis
(termasuk topografi, pemandangan, perlengkapan, ruang), pekerjaan atau
kesibukan tokoh, waktu berlakunya kejadian, musim, lingkungan agama, moral,
intelektual, sosial, dan emosional tokoh.
Macam-Macam Latar
Latar
dibedakan menjadi dua, yaitu
1.
Latar
fisik/material. Latar fisik adalah tempat dalam ujud fisiknya (dapat dipahami
melalui panca indra).
Latar fisik dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu
a.
Latar
netral, yaitu latar fisik yang tidak mementingkan kekhususan waktu dan tempat.
b.
Latar
spiritual, yaitu latar fisik yang menimbulkan dugaan atau asosiasi pemikiran
tertentu.
2.
Latar
sosial. Latar sosial mencakup penggambaran keadaan masyarakat, kelompok sosial
dan sikap, adat kebiasaan, cara hidup, bahasa, dan lain-lain.
Fungsi Latar
Ada beberapa fungsi
latar, antara lain
1. memberikan informasi
situasi sebagaimana adanya
2. memproyeksikan
keadaan batin tokoh
3. mencitkana suasana
tertentu
4. menciptakan kontras
V. TEMA DAN AMANAT
Gagasan, ide, atau
pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra disebut tema. Ada beberapa macam tema, yaitu
a. Ada tema didaktis, yaitu
tema pertentangan antara kebaikan dan kejahatan
b. Ada tema yang dinyatakan
secara eksplisit
c.
Ada tema yang dinyatakan
secara simbolik
d. Ada tema yang dinyatakan
dalam dialog tokoh utamanya
Dalam menentukan tema
cerita, pengarang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
a.
Minat
pribadi
b.
selera
pembaca
c.
keinginan
penerbit atau penguasa
Kadang-kadang terjadi
perbedaan antara gagasan yang dipikirkan oleh pengarang dengan gagasan yang
dipahami oleh pembaca melalui karya sastra. Gagasan sentral yang terdapat atau
ditemukan dalam karya sastra disebut makna muatan, sedangkan makna atau gagasan
yang dimaksud oleh pengarang (pada waktu menyusun cerita tersebut) disebut
makna niatan.
Ada beberapa faktor yang
menyebabkan makna aniatan kadang-kadang tidak sama dengan makna muatan
a.
pengarang
kurang pandai menjabarkan tema yang dikehendakinya di dalam karyanya.
b.
Beberapa
pembaca berbeda pendapat tentang gagasan dasar suatu karta.
Yang diutamakan
adalah bahwa penafsiran itu dapat dipertanggungjawabkan dengan adanya
unsur-unsur di dalam karya sastra yang menunjang tafsiran tersebut.
Dalam suatu karya
sastra ada tema sentral dan ada pula tema samapingan. Yang dimaksud tema
sentral adalah tema yang menjadi pusat seluruh rangkaian peristiwa dalam
cerita. Yang dimaksud tema sampingan adalah tema-tema lain yang mengiringi tema
sentral.
Ada tema yang
terus berulang dan dikaitkan dengan tokoh, latar, serta unsur-unsur lain dalam
cerita. Tema semacam itu disebut leitmotif. Leitmotif ini mengantar pembaca
pada suatu amanat. Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan
oleh pengarang melalui karyanya. Amanat dapat disampaikan secara implisit yaitu
dengan cara memberikan ajaran moral atau pesan dalam tingkah laku tokoh
menjelang cerita berakhir, dapat pula secara eksplisit yaitu dengan penyampaian
seruan, saran, peringatan, nasehat, anjuran, larangan yang berhubungan dengan
gagasan utama cerita.
VI. POINT OF VIEW
Bennison Gray
membedakan pencerita menjadi pencerita orang pertama dan pencerita orang
ketiga.
1. Pencerita orang
pertama (akuan).
Yang dimaksud sudut pandang orang pertama
adalah cara bercerita di mana tokoh pencerita terlibat langsung mengalami
peristiwa-peristiwa cerita. Ini disebut juga gaya penceritaan akuan.Gaya penceritaan akuan
dibedakan menjadi dua, yaitu
a.
Pencerita
akuan sertaan, yaitu pencerita akuan di mana pencnerita menjadi tokoh sentral
dalam cerita tersebut.
b.
Pencerita
akuan taksertaan, yaitu pencerita akuan di mana pencerita tidak terlibat
menjadi tokoh sentral dalam cerita tersebut.
2. Pencerita orang
ketiga (diaan).
Yang dimaksud sudut pandang orang ketiga
adalah sudut pandang bercerita di mana tokoh pencnerita tidak terlibat dalam
peristiwa-peristiwa cerita. Sudut pandang orang ketiga ini disebut juga gaya penceritaan diaan. Gaya pencerita diaan
dibedakan menjadi dua, yaitu
a. Pencerita diaan serba
tahu, yaitu pencerita diaan yang tahu segala sesuatu tentang semua tokoh dan
peristiwa dalam cerita. Tokoh ini bebas bercerita dan bahkan memberi komentar
dan penilaian terhadap tokoh cerita.
b. Pencerita diaan
terbatas, yaitu pencerita diaan yang membatasi diri dengan memaparkan atau
melukiskan lakuan dramatik yang diamatinya. Jadi seolah-olah dia hanya
melaporkan apa yang dilihatnya saja.
Kadang-kadang orang
sulit membedakan antara pengarang dengan tokoh pencerita. Pada prinsipnya
pengarang berbeda dengan tokoh pencerita. Tokoh pencerita merupakan individu
ciptaan pengarang yang mengemban misi membawakan cerita. Ia bukanlah pengarang
itu sendiri. Berikut ini beberapa pendapat dari para pakar tentang sudut
pandang.
Jakob Sumardjo
membagi point of view menjadi empat macam, yaitu
a. Sudut penglihatan
yang berkuasa (omniscient point of view). Pengarang bertindak sebagai pencipta
segalanya. Ia tahu segalanya.
b. Sudut penglihatan
obyektif (objective point of view). Pengarang serba tahu tetapi tidak memberi
komentar apapun. Pembaca hanya disuguhi pandangan mata, apa yang seolah dilihat
oleh pengarang.
c.
Point
of view orang pertama. Pengarang sebagai pelaku cerita.
d. Point of view
peninjau. Pengarang memilih salah satu tokohnya untuk bercerita. Seluruh
kejadian kita ikuti bersama tokoh ini.
Menurut Harry Shaw,
sudut pandang dalam kesusastraan mencakup
a.
Sudut
pandang fisik. Yaitu sudut pandang yang berhubungan dengan waktu dan ruang yang
digunakan pengarang dalam mendekati materi cerita.
b.
Sudut
pandang mental. Yaitu sudut pandang yang berhubungan dengan perasaan dan sikap
pengarang terhadap masalah atau peristiwa yang diceritakannya.
c.
Sudut
pandang pribadi. Adalah sudut pandang yang menyangkut hubungan atau
keterlibatan pribadi pengarang dalam pokok masalah yang diceritakan. Sudut
pandang pribadi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu pengarang menggunakan sudut
pandang tokoh sentral, pengarang menggunakan sudut pandang tokoh bawahan, dan
pengarang menggunakan sudut pandang impersonal (di luar cerita).
Menurut Cleanth
Brooks, fokus pengisahan berbeda dengan sudut pandang. Fokus pengisahan
merupakan istilah untuk pencerita, sedangkan sudut pandang merupakan istilah
untuk pengarang. Tokoh yang menjadi fokus pengisahan merupakan tokoh utama
cerita tersebut. Fokus pengisahan ada empat, yaitu
a.
Tokoh
utama menyampaikan kisah dirinya.
b.
Tokoh
bawahan menyampaikan kisah tokoh utama.
c.
Pengarang
pengamat menyampaikan kisah dengan sorotan terutama kepada tokoh utama.
d.
Pengarang
serba tahu.
0 komentar:
Posting Komentar