Globalisasi adalah sesuatu
yang telah terjadi saat ini. Oleh karena itu, kita tidak mungkin menolak atau
lari dari globalisasi tersebut. Apabila dikaji lebih mendalam, sebenarnya
banyak nilai yang positif dalam globalisasi tersebut dan harus diaplikasikan.
Misalnya, kehadiran perusahaan Jepang di Indonesia ternyata membawa nilai-nilai
baik dari rakyat Jepang. Hal tersebut dikenal dengan budaya Kaizen.
Budaya Kaizen memandang bahwa cara hidup kita, baik dalam bekerja, kehidupan sosial, dan kehidupan rumah tangga perlu disempurnakan setiap saat. Hal ini mengandung arti bahwa kita harus selalu menyempurnakan hidup dan kehidupan kita. Gerakan Kaizen yang diterapkan masyarakat Jepang dikenal dengan gerakan 5-S, yaitu:
·
Seiri, artinya
membereskan;
·
Seiton, artinya
menata;
·
Seiso, artinya
membersihkan;
·
Seiketsu, artinya
membiasakan;
·
Shitsuke, artinya
disiplin.
Ajaran “Kaizen” menyebabkan Jepang dapat menjadi bangsa
yang unggul di dunia. Ajaran tersebut dapat diterapkan menjadi sesuatu yang
positif jika dilak sanakan oleh masyarakat Indonesia. Keunggulan yang dimiliki
oleh bangsa Barat dan pengaruh negatif yang ditimbulkan globalisasi tidak perlu
kita sikapi dengan perilaku yang berlebihan. Justru, nilai positif dari
globalisasi, seperti ilmu penge tahuan dan teknologi, manajemen, pendidikan,
cara kerja, pola pikir, dan tanggung jawab perlu kita serap dalam kehidupan
sehari-hari. Nilai positif globalisasi ini dapat kita serap dan kita jadikan
sebagai instrumen dalam memacu keunggulan bangsa.
Nilai-nilai budaya bangsa yang
harus tetap dipertahankan dalam era globalisasi, di antaranya beriman dan
bertakwa, keseimbangan rasionalisme dan spirit ualisme, nilai kesucian per
kawinan dan keluarga, tradisi, moral, serta energi keagaman yang penuh rahmat
perlu dilaksanakan dalam kehidupan kita sehari-hari. Setelah nilai-nilai
tersebut dilaksanakan, maka kita sinergikan dengan nilai globalisasi, seperti
penghematan, iptek, pemerintahan yang bersih dan berwibawa, demokrasi, tepat
waktu, pelayanan yang lebih baik, meng hilangkan nilai feodal, dan rasional.
Setelah nilai globalisasi terintegrasi (menyatu) dengan nilai dasar budaya bangsa maka kita sebagai bangsa yang berdaulat berkewajiban menumbuhkan rasa kebanggaan sebagai bangsa, yakni dengan cara mendidik anak bangsa agar menjadi manusia Indonesia yang dilandasi oleh nilainilai budaya bangsa dan memiliki kemampuan untuk ber kompetisi dalam dunia global. Sikap positif lain yang perlu dikembangkan untuk bisa berperan di era globalisasi adalah sebagai berikut:
Setelah nilai globalisasi terintegrasi (menyatu) dengan nilai dasar budaya bangsa maka kita sebagai bangsa yang berdaulat berkewajiban menumbuhkan rasa kebanggaan sebagai bangsa, yakni dengan cara mendidik anak bangsa agar menjadi manusia Indonesia yang dilandasi oleh nilainilai budaya bangsa dan memiliki kemampuan untuk ber kompetisi dalam dunia global. Sikap positif lain yang perlu dikembangkan untuk bisa berperan di era globalisasi adalah sebagai berikut:
·
Berkompetisi dalam
kemajuan iptek;
·
Meningkatkan motif
berprestasi;
·
Meningkatkan
kualitas/mutu;
·
Selalu berorientasi
ke masa depan.
Pancasila merupakan penyaring terhadap peng aruh
globalisasi. Kita sebagai warga negara Indonesia harus memiliki sikap dan usaha
untuk menghadapi pengaruh dari proses globalisasi, di antaranya sebagai
berikut.
·
Selalu berusaha
untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebagai
penyaring terhadap pengaruh globalisasi yang bersifat negatif.
·
Selalu meningkatkan
penghayatan dan pengamalan kita terhadap Pancasila untuk memperkokoh persatuan
dan kesatuan bangsa.
·
Selalu meningkatkan
ilmu pengetahuan kita agar dapat menilai mana yang dianggap baik dan benar
terhadap pengaruh globa lisasi.
·
Selalu meningkatkan
pendidikan dan keterampilan kita agar dapat menjadi manusia yang berkualitas
sehingga mampu bersaing dengan bangsa lain.
·
Selalu meningkatkan
penguasaan kita terhadap teknologi modern di segala bidang sehingga tidak
tertinggal dan bergantung pada bangsa lain.
·
Selalu
mempertahankan dan melestarikan budaya lokal tradisional agar tidak digantikan
oleh budaya bangsa asing.
·
Selalu meningkatkan
kualitas produk hasil produksi dalam negeri sehingga dapat igunakan dan selalu
dicintai oleh masyarakat dalam negeri. Selain itu, produk hasil produksi dapat
bersaing dan dapat merebut pasar lokal serta internasional.
·
Selalu menumbuhkan
sikap terbuka dan tanggap terhadap pembaruan sehingga mampu menilai pengaruh
yang dinilai baik bagi pembangunan. Jadi sifat-sifat positif manusia modern
sangat penting dikembang kan dalam era globalisasi.
Berdasarkan hal tersebut,
dapat disimpulkan bahwa globalisasi sebagai fenomena kontemporer mustahil akan
meniadakan pluralisme kebudayaan dan peradaban. Sebaliknya, dalam perwujudan yang
esktrim, globalisasi justru akan menjadi pembangkit nasionalisme yang tumbuh
karena kesadaran sebagai salah satu elemen budaya yang khas. Dalam hubungan ini
akan berlaku hukum “serangan balik”, yaitu bahwa tarikan ke arah globalisasi
yang ekstrim akan menimbulkan gerak balik ke arah berla wanan, berupa reaksi
penentangan yang cenderung menggejala sebagai akibat dominasi pengaruh budaya
asing terhadap budaya lokal.
Globalisasi pada hakikatnya adalah proses yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan yang dampaknya ber kelanjutan melampaui batas-batas kebangsaan dan kenegaraan. Hal ini mengingat bahwa dunia ditandai oleh pluralitas budaya maka globalisasi sebagai proses juga meng gejala sebagai peristiwa yang melanda dunia secara lintas budaya yang sekaligus mewujudkan proses saling memengaruhi antar budaya. Pertemuan antar budaya itu tidak selalu berlangsung sebagai proses dua arah yang berimbang, tetapi dapat juga sebagai proses dominasi budaya yang satu terhadap lainnya.
Globalisasi pada hakikatnya adalah proses yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan yang dampaknya ber kelanjutan melampaui batas-batas kebangsaan dan kenegaraan. Hal ini mengingat bahwa dunia ditandai oleh pluralitas budaya maka globalisasi sebagai proses juga meng gejala sebagai peristiwa yang melanda dunia secara lintas budaya yang sekaligus mewujudkan proses saling memengaruhi antar budaya. Pertemuan antar budaya itu tidak selalu berlangsung sebagai proses dua arah yang berimbang, tetapi dapat juga sebagai proses dominasi budaya yang satu terhadap lainnya.
0 komentar:
Posting Komentar